Skip to content

khilafah ‘ala minhajin nubuwwah

14/07/2011

Rosululloh SAW bersabda :

“Akan ada masa kenabian pada kalian selama yang Allah kehendaki, Allah mengangkat atau menghilangkannya kala…u Allah menghendaki. Lalu akan ada masa khilafah di atas manhaj nubuwwah selama Allah kehendaki, kemudian Allah mengangkatnya jika Allah menghendaki. Lalu ada masa kerajaan yang sangat kuat selama yang Allah kehendaki, kemudian Allah mengangkatnya bila Allah menghendaki. Lalu akan ada masa kerajaan (tirani) selama yang Allah kehendaki, kemudian Allah mengangkatnya bila Allah menghendaki. Lalu akan ada lagi masa kekhilafahan di atas manhaj nubuwwah.“ Kemudian beliau diam.”
(HR. Ahmad, 4/273, dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 5)

Dalam hadits di atas sangat jelas bahwa khilafah di atas manhaj nubuwwah (jalan Nabi) merupakan suatu karunia Allah semata. Tak seorang muslim pun yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kecuali pasti dia akan mengharapkan terwujudnya khilafah tersebut. Rasulullah Salallahu Alaihi Wasalam dengan tegas mengatakan bahwa hal itu pasti terjadi pada umat ini. Janji ini telah teralisasi pada masa generasi terbaik umat ini, dan Allah tetap menjanjikan kepada umat ini akan terwujudnya kembali khilafah tersebut di tengah-tengah mereka jika memang syarat-syaratnya telah dipenuhi, sebagaimana firmanNya:

“Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kalian dan mengerjakan amal-amal shalih bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka dan Dia dia benar-benar akan menggantikan kondisi mereka setelah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap beribadah kepada-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan-Ku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasiq.”
(An-Nur: 55)

Seperti apakah gambaran Khilafah ‘alai Minhajin Nubuwwah itu?

Barangsiapa yang ingin mengetahui bagaimana gambaran Khilafah ‘ala Manhajin Nubuwwah, maka hendaknya dia melihat pada daulah yang dipimpin oleh Rasulullah Salallahu Alaihi Wasalan dan para Khulafa’ur
Rasyidin sepeninggal beliau.

Secara ringkas gambarannya adalah:

  • Sebuah khilafah yang didirikan diatas tauhid dan dakwah menuju kepada tauhid,
  • Ditegakkannya Sunnah Rasulullah Salallahu Alaihi Wasalam serta dakwah menuju kepada As Sunnah.
  • Diperanginya kesyirikan dengan berbagai macam bentuknya, sehingga tidak ada lagi peribadatan yang diberikan kepada selain Allah.
  •  Diperanginya segala bentuk bid’ah baik dalam akidah, ibadah, maupun muamalah. Dite-gakkannya syariat Islam oleh setiap muslim sebelum ditegakkan oleh pemerintahnya.
  •  Kondisi masyarakatnya senantiasa mengutamakan dan mementingkan ilmu syar’i, jauh dari kungkungan filsafat dan pengagungan rasio.
  •  Masyarakatnya taat dan patuh kepada pemerintah serta menegakkan jihad syar’i bersama pemerintah.

Merekalah generasi terbaik yang dipuji oleh Rasulullah n di dalam haditsnya:

“Sebaik-baik manusia adalah generasiku, kemudian yang setelahnya, kemudian yang setelahnya.”
(HR.Al-Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Mas’udz)

Bagaimana cara mewujudkan khilafah Islamiyah?

Khilafah Islamiyah itu karunia Allah, jadi mari kita jemput dengan cara-cara yg telah di tentukan Allah…

  1.  Kembalinya umat Islam s…ecara menyeluruh kepada bimbingan Al Qur`an dan Sunnah Rasulullah Salallahu Alaihi Wasalam sesuai dengan apa yang telah difahami dan diamalkan oleh Salaful Ummah. Sehingga kita selamat dari berbagai macam bentuk bid’ah dan kesesatan, sebagaimana sabda Rasulullah Salallahu Alaihi Wasalam : “Aku tinggalkan kepada kalian dua perkara yang kalian tidak akan sesat selama kalian berpegang teguh dengan keduanya, yaitu Kitabullah dan Sunnahku. Keduanya tidak akan berselisih sampai keduanya mendatangiku di Al-Haudh.”(HR. Malik dan Al-Hakim. AsySyaikh Al-Albani berkata: “Sanadnya hasan.”).
  2.  Terealisasinya keimanan yang murni dan benar dalam semua perkara yang telah Allah wajibkan untuk kita imani secara kaffah (menyeluruh).  Beriman kepada Allah, bahwasanya Dialah Dzat satu-satunya yang berhak untuk diibadahi, tanpa yang lain-Nya, Yang memiliki nama-nama dan sifat-sifat yang mulia sesuai dengan apa yang diberitakan oleh-Nya di dalam Al Qur`an atau diberitakan oleh Rasul-Nya.Sehingga tidak didapati di muka bumi ini kaum muslimin melakukan kesyirikan dengan berbagai macam bentuknya. Tidak didapati di muka bumi ini orang-orang yang berdoa dan ber-istighatsah kepada kubur-kubur, atau menyerahkan sesajen kepada jin atau kepada orang-orang yang dianggap wali. Tidak pula didapati orang-orang yang mengingkari sifat-sifat Allah baik dengan cara menolaknya secara mutlak sebagaimana yang dilakukan oleh Al-Jahmiyah dan AlMu’tazilah, atau dengan cara penyelewengan makna dan sifat-sifat Allah.
  3. Terealisasikan dakwah tauhid dan pembenahan akhlak umat. Sebagaimana telah dicontohkan oleh para nabi, yang mana itu merupakan misi utama dakwah mereka. Sebagaimana firman Allah :
    “Tidaklah Kami utus sebelummu seorang rasul-pun kecuali pasti kami wahyukan kepadanya: Sesungguhnya tidak ada yang berhak untuk diibadahi kecuali Aku, maka beribadahlah kalian semuanya (hanya) kepada Ku.”
    (Al-Anbiya`: 25).
  4.  Kesungguhan di dalam menuntut ilmu Dinul Islam dari sumbernya yang asli dan referensinya yang terjamin, yaitu para ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah. Dengan ilmu itulah seorang muslim dapat memahami dan mengenal agama sesuai dengan yang diinginkan oleh Allah.
    Di antara bentuk kebaikan dan kemuliaan tersebut adalah terwujudnya kewibawaan Islam dan kaum muslimin serta terjaminnya keamanan dan kesejahteraan umat dengan berdirinya Daulah Islamiyyah. Tidak mungkin Daulah Islamiyyah akan terwujud jika umat Islam ini tidak mau belajar dan memahami agamanya dengan benar. Jika umat ini sudah sibuk dengan berbagai macam aktivitas dan kegiatan politik yang penuh ambisi untuk meraih dunia, atau tindakantindakan demonstrasi yang penuh dengan kejahilan dan berbagai macam kepentingan, atau orasi-orasi dusta yang penuh provokasi, maka dengan itu umat ini akan lalai dan berpaling dari aktivitas menuntut ilmu dien. Jika umat ini telah lalai dari menuntut ilmu dien, maka akanmenjadi umat yang jahil (bodoh). Kemudian kejahilan itu mengantarkan mereka untuk hubbud dunya (cinta dunia) dan berambisi untuk mendapatkannya. Dampak berikutnya mereka takut untuk mati sehingga menyebabkan mereka enggan berjuang dan berjihad membela agama Allah.

From → Teropong

Leave a Comment

Leave a comment